Rabu, 07 Maret 2012

"HUT BENGKULU SELATAN" SEJARAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN

Kabupaten Bengkulu Selatan berdiri berdasarkan Keputusan Gubernur Militer Daerah Militer Istimewa Sumatera Selatan pada tanggal 8 Maret 1949 Nomor GB/ 27/ 1949, tentang pengangkatan Baksir sebagai Bupati Bengkulu Selatan (sebelumnya bernama Kabupaten Manna Kaur 1945 – 1948 dan Kabupaten Seluma Manna Kaur 1948 – 1949). Pada perkembangan selanjutnya dikuatkan dengan Surat Keputusan Presiden RI tanggal 14 November 1956 dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1956 (Tambahan Lembaran Negara 109).

Beberapa kepala daerah (termasuk wakilnya) yang pernah menjabat di Kabupaten Bengkulu Selatan diantaranya adalah:

I. Kabupaten Manna-Kaur

- Bupati Nanang Abdurahman (1945 - 1946)

- Bupati Rejamat (1946 - 1947)

- Bupati Merah Usman (1947 - 1948)

II. Kabupaten Seluma Manna Kaur

- Bupati Bachsir (1948 - 1949)

III. Kabupaten Bengkulu Selatan

- Bupati Bachsir (1949 - 1950)

- Bupati Abdul Wahid (1950 - 1952)

- Bupati Mas Agus Abdurahman (1952 - 1953)

- Bupati Muhpian (Gelar Tengku Bangsa Raja) (1953 - 1956)

- Bupati Mohamad Amin (1956 - 1957)

- Bupati Muhamad Umar Seregar (1957 - 1958)

- Bupati Rejamat (1958 - 1960)

- Bupati KDH Tk II Muhammad Adil (1960 - 1962)

- Bupati KDH Bahmada Rustam (1962 - 1967)

- Bupati KDH Sadjohan (1967 - 1972)

- Bupati KDH Buldani Masik (1972 - 1977)

- Bupati KDH Z.A. Syahril (1977 - 1983)

- Bupati KDH Murman Afandi (1983 - 1988)

- Bupati KDH Drs. H. Adjis Ahmad (1988 - 1993)

- Bupati KDH Drs. Salman Rupni (1993 - 1998)

- Bupati KDH Drs. Iskandar Dayok dan H. Hasmadi Hamid (1998 - 2003)

- Bupati H. Fauzan Djamil, SH dan Jani Hairin, SH (2004 - sekarang)

Berdasarkan Kesepakatan Masyarakat Rakyat tanggal 7 Juni 2005, dikuatkan oleh Perda No. 20 tanggal 31 Desember 2005 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah No. 13 Tanggal 2 Januari 2006 Seri C maka tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Bengkulu Selatan. Berdasarkan Undang- undang Nomor: 03 Tahun 2003 Kabupaten Bengkulu Selatan mengalami pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Kaur, Seluma dan Bengkulu Selatan.

Kabupaten Bengkulu Selatan juga dikenal dengan sebutan Seraway. Asal nama Seraway dikaitkan dengan dua pendapat yaitu :

1. Seraway berasal kata sauai yang maksudnya cabang dua buah sungai yaitu sungai Musi dan Sungai Seluma yang dibatasi oleh Bukit Capang.

2. Seraway berasal kata dari seran yang artinya celaka (celako). Ini dihubungkan dengan suatu legenda dimana seorang anak raja dari hulu karena menderita penyakit menular lalu dibuang (dihanyutkan) ke sungai dan terdampar dimana anak raja inilah yang mendirikan kerajaan ini.

Kerajaan Seraway terpisah dengan Kerajaan Bengkulu (Bangkahulu). Kerajaan ini ditemui antara daerah sungai Jenggalu sampai ke muara sungai Bengkenang namun kerajaan ini akhirnya terpecah- pecah menjadi kerajaan kecil yang disebut margo (marga). Marga dipimpin oleh seorang datuk dan membawahi beberapa desa/ dusun. Marga- marga di Kabupaten Bengkulu Selatan itu adalah Pasar Manna, VII Pucukan, Anak Lubuk Sirih, Anak Dusun Tinggi, Kedurang, Ulu Manna Ilir, Ulu Manna Ulu, Anak Gumay dan Tanjung Raya. Namun mereka bersatu atas dasar satu kesatuan dan satu keturunan dan satu rumpun bahasa.

Bahasa di Kabupaten Bengkulu Selatan terdiri dari dua bahasa asli yaitu bahasa Pasemah yang banyak dipakai dari muara sungai Kedurang sampai dengan perbatasan Kabupaten Kaur sedangkan mayoritas menggunakan bahasa Seraway yang merupakan turunan dari bahasa Melayu. Berdasarkan Sensus Penduduk 2000 suku bangsa di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah Serawai 76,87 persen, Pasemah 13,39 persen, Jawa 2,89 persen, Minangkabau 2,21 persen, Melayu 1,06 persen, Sunda 0,95 persen, Batak 0,73 persen dan lainnya 1,89 persen.

Kabupaten Bengkulu Selatan beribukota di Manna (lihat peta) dan dalam sejarahnya pernah disinggahi oleh Patih Gajah Mada dan menyusuri sungai Air Manna.
Copyright © BPS Kabupaten Bengkulu Selatan 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar